Mengenal Halusinasi
Foto: Tribunnews.com |
Kata
‘halusinasi’ merupakan turunan dari bahasa Latin, alucinari, yang
bermakna berkelana dalam pikiran. Halusinasi identik dengan skizofrenia. Gejala
skizofrenia salah satunya adalah halusinasi.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana seseorang mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata melalui panca inderanya. Jadi Seseorang yang menderita halusinasi akan melihat, mendengar, merasakan, atau mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau tidak nyata.
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana seseorang mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata melalui panca inderanya. Jadi Seseorang yang menderita halusinasi akan melihat, mendengar, merasakan, atau mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada atau tidak nyata.
Pada umumnya halusinasi terdiri dari berbagai macam, yaitu
halusinasi penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan perabaan.
Dilansir dari Buku Pendidikan Keperawatan Jiwa karya Dr. Abdul Muhith. S.Kep,
kasus halusinasi yang sering terjadi adalah halusinasi pendengaran sekitar 70%,
halusinasi penglihatan 20%, dan halusinasi lainnya 10%. Rata-rata usia
penderita halusinasi yaitu 20 hingga 65 tahun.
Menurut penelitian, sekitar 2-3% orang normal sebenarnya pernah
mengalami halusinasi, namun tidak berkepanjangan dan tidak sampai mengganggu
kehidupannya. Misalnya ketika merasa terpukul akibat kerabat terdekat
meninggal, dan melihat sosoknya masih ada di sekitarnya.
Umumnya, proses terjadinya halusinasi berawal dari memikirkan sesuatu secara
terus menerus sehingga membuat dirinya setres, jarang bersosialisasi dan
berinteraksi dengan orang lain sehingga ketika memiliki masalah ia tidak
mempunyai teman untuk bercerita, perasaan cemas yang berlebihan, harga diri
rendah, kesedihan yang mendalam, dan trauma terhadap sesuatu.
Halusinasi bisa juga disebabkan karena penyakit mental, efek
samping dari obat-obatan, epilepsi, dan alkoholisme.
Penderita halusinasi dapat kehilangan kontrol atas perilakunya
sehingga bisa membahayakan dirinya, orang lain, maupun lingkungannya. Hal
tersebut terjadi karena halusinasi yang ia derita dapat mengendalikan bahkan
menguasai perilakunya.
Dalam situasi ini, penderita bisa melakukan bunuh diri bahkan membunuh orang lain. Penderita yang mengalami halusinasi tidak bisa secara sukarela menolak atau mengatasi secara langsung halusinasi tersebut.
Dalam situasi ini, penderita bisa melakukan bunuh diri bahkan membunuh orang lain. Penderita yang mengalami halusinasi tidak bisa secara sukarela menolak atau mengatasi secara langsung halusinasi tersebut.
Ilmu tentang syaraf telah mempelajari bahwa ketika seseorang
mengalami halusinasi, maka bagian otak yang terkait dengan fungsi tersebut
terlihat aktif. Sebagai contoh, ada bagian otak yang disebut sebagai
daerah Broca (area Broca) dan area Wernicke, yang berfungsi sebagai bagian otak
yang mengendalikan bicara. Ketika
seseorang mengalami halusinasi suara, dimana penderita mendengar suara
seseorang berbicara kepadanya, ternyata area Broca dan Wernicke tersebut
aktif.
Begitu
pula dengan halusinasi perabaan maupun halusinasi jenis lainnya, bagian otak
yang mempunyai fungsi sesuai dengan indera tersebut terlihat aktif. Hanya saja,
mengapa tanpa adanya rangsangan dari luar, otak kemudian menciptakan sensasi
tersebut, belum diketahui secara pasti.
Sebagian
ahli berpendapat bahwa halusinasi terjadi karena adanya kelainan pada jaringan
urat syaraf di otak yangg terkait dengan bagian otak yang mengatur panca
indera. Sebagian ahli lainnya berpendapat bahwa hal tersebut terjadi karena
adanya ketidak seimbangan kimiawi di dalam jaringan syaraf di area
tersebut.
Namun hingga sekarang belum ada tes laboratorium, foto ataupun
pemeriksaan fisik yang bisa membuktikan hal tersebut.
Ada beberapa istilah asing yang tak diberi penjelasan..
BalasHapusHalo Kaspriliani, terimakasih atas kritiknya. Kalau boleh tahu istilah asing yang mana ya yang tidak saya cantumkan penjelasannya?
Hapus