Pengertian, Ciri-Ciri, dan Sejarah Pojok

Contoh Pojok dalam Surat Kabar Kompas

Pojok adalah kutipan pernyataan singkat narasumber atau peristiwa tertentu yang dinilai menarik atau kontroversial, yang dikomentari suatu redaksi media dengan menggunakan kalimat yang mengusik. 

Dengan kalimat khusus itu, diharapkan pojok dapat mengingatkan, menggugat, dan “mencubit” seseorang atau lembaga.
Pojok hanya terdapat di surat kabar Indonesia, surat kabar luar negeri tidak terdapat pojok. Posisi pojok sesuai dengan namanya, berada di sebelah pojok. 

Biasanya di setiap pojok terdapat tiga hingga lima butir kutipan pernyataan atau peristiwa yang menarik untuk dikomentari. Walaupun hanya terdiri dari beberapa kalimat, pojok dinilai tepat sasaran.

Pojok memiliki ciri-ciri, yaitu:

a)    Pojok terdiri dari dua alinea. Alinea pertama berisi suntingan berita atau peristiwa. Alinea kedua berisi respons atau opini media tersebut terhadap isi berita atau peristiwa yang ada pada aline pertama.

b)   Isi yang ada pada alinea pertama dan kedua biasanya dirangkai dalam kalimat-kalimat pendek.

c)    Opini atau pendapat sebuah media biasanya dituliskan dengan kalimat-kalimat yang sinis dan humoris.

Topik-topik yang disajikan dalam rubrik pojok biasanya meliputi persoalan mengenai politik, sosial, ekonomi, hukum, militer, olahraga, budaya, agama, tragedi, kriminalitas, dan masih banyak topik lainnya. Apapun bisa dijadikan sasaran Pojok, tetapi tetap terikat dalam bingkai berita.

Gaya penulisan pojok bersifat bebas, apakah menggunakan cara pendekatan, dengan candaan atau humor dan sinis, atau dengan menggunakan sajak atau pantun. Namun, pojok tetap harus memenuhi kaidah etis.

Pojok merupakan bagian dari sejarah Indonesia dan sudah ada sejak tahun 1913. Saat 1913, pojok pertama kali ada pada surat kabar Kaoem Moeda, yang saat itu namanya bukan Pojok, tetapi Iseng-Iseng dan penulisannya menggunakan nama samaran yaitu Keok

Rubrik pada surat kabar Kaoem Moeda menjadi firal dan banyak ditiru surat kabar lainnya dengan berbagai nama, contohnya Pojok, Sudut, Jomblang, Kocok, dll.

Pojok tercipta dari pemikiran HOS Tjokroaminoto serta pemimpin Serikat Islam lainnya yang sadar mengenai pentingnya alat propaganda atau terompet dalam wujud media massa, yang bertujuan untuk mengumandangkan pikiran-pikiran suatu organisasi.

Karena itu, selain Kaoem Moeda yang terbit di Bandung dan merupakan organ Serekat Islam, orang-orang yang tergabung dalam surat kabar Kaoem Moeda juga menerbitkan surat kabar Oetoesan Hindia dan Sinar Hindia di Semarang. 

Tokoh-tokoh Serekat Islam yang tergabung dalam media tersebut yaitu HOS Tjokroaminoto, AH Wignjadisastra yang menjabat sebagai pemimpin umum, Abdoel Moeis sebagai pemimpin redaksi, dan Ki Hajar Dewantara sebagai seorang redaktur.

Rubrik Iseng-iseng yang pertama kali terdapat di surat kabar Kaoem Moeda menjadi pencetus lahirnya rubrik pojok. Banyak kejadian pahit yang dialami surat kabar dan pengasuh pojok, karena perannya yang amat penting di masa penjajahan Belanda maupun di zaman penjajahan Jepang bahkan setelah Indonesia merdeka. 

Misalnya Winarno Hendronoto yang dilarang Jepang menulis di surat kabar Asia Raya dan Rosihan Anwar yang memimpin redaksi rurat kabar Pedoman yang didatangi dan diajak berkelahi oleh seorang menteri di zaman Demokrasi Liberal.

Pojok sempat dilarang oleh pemerintah pada zaman Demokrasi Terpimpin. Tetapi, pojok diterbitkan kembali dan masih eksis sebagai rubrik yang khas dan hanya terdapat dalam surat kabar Indonesia.




Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Blangko kok "Diumpetin"?